06 Maret 2008

ISRA MI RAJ PEMURNIAN SHALAT

ISRA MI'RAJ DAN PEMURNIAN SHALAT

Sejarah membuktikan, sepeninggal nabi dan rasul, bentuk penyembahan kepada Allah, mengalami perubahan, tidak murni dan sesat. Ada yang melalui tawasul atau perantara orang seperti latta, uza, wali, sheh yang shaleh, ma’rifat dan sakti. Atau tawasul melalui sapi, ular seperti agama di India. Atau tawasul melalui banda keramat seperti keris, jimat seperti agama kejawen. Atau tawasul/perantara melalui Nabi Isa seperti Kristeani. Atau tawasul melalui Sidharta Gautama seperti Budha. Semua cara itu adalah bentuk kesyirikan yang disesatkan oleh syetan. Dari agama Allah yang sebelumnya Fitrah.
Atas kesesatan itu, Rasulullah SAW mendapatkan amanat Allah SWT untuk memurnikan dan menyempurnakan kembali agama-agama yang dibawakan oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Yaitu penyembahan dengan cara shalat wajib lima waktu.
Banyak sekali manfaat shalat. Tak kala diuji kesabaran penderitaan, panik, putus asa, atau ujian kebahagiaan sehingga lupa segalanya. Hanya kepada Allah-lah satu-satunya penolong melalui shalat

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. (QS Al Baqarah 153)
Demikian pula tak kala ada kekejian dan kemungkaran yang diri kita lakukan, sholat dapat mencegahnya:
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al Ankabut 45)
Disamping itu Rasulullah banyak bersabda mengenai manfaat shalat seperti, sholat lima kali sehari dapat menghapuskan dosa sebagaimana mandi lima kali sehari (HR Bukhari), Paling dekat seorang hamba kepada Rabb-nya, ketika ia bersujud/Sholat (HR Muslim). Wajah orang yang shalat di akhirat akan bersinar karena wudhunya. Firman Allah:Bagi yang memelihara sembahyang akan mewarisi surga Firdaus (QS Al Mu’minun 9-11). Dan banyak lagi manfaatnya oleh kalau Allah berfirman :
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS Thaahaa 132)

Bercermin pada Rasulullah shalat sampai kakinya bengkak sebagai rasa syukurnya. Demikian juga para salafusshaleh (orang shaleh terdahulu). Mereka senantiasa berjamaah. Merasa terikat dengan masjid. Disamping pahala 27 derajat, karena takut godaan setan bagi yang shalat sendirian. Pahala langkah ke masjid menaikkan derajat dan menghapus dosa. Orang buta pun diperintahkan jamaah ke masjid. Ada yang mendatangi masjid untuk shalat jamaah sampai dipapah orang lain karena sakit, sekalipun ia mendatangi dengan merangkak. Ada yang berkata, aku senantiasa shalat jamaah tanpa putus sampai 40 tahun. Bila tidak ikut jamaah ia mencari masjid yang masih melakukan jamaah, bila ketinggalan ia menang. Mereka menikmati shalat dengan khusu’, sampai seperti Khalifah Utsman tidak merasakan saat mengimami shalat subuh ia ditusuk dari belakang, tetap melanjutkan shalat. Ada pula sahabat Rasul saat penjagaan perang, ia terpanah beberapa kali ditubuhnya, ia tetap melanjutkan shalatnya. Mereka golongan ahli Jamaah.
Sejarah bisa terulang kembali. Karena setan menggoda manusia dengan perlahan merubah peribadatan/shalat. Ada yang melalaikan shalat karena dagangan dan perkerjaan. Ada yang shalat dengan malas dan pamer, bahkan tidak shalat sama sekali. Ada yang amalan sholat terhapus 40 hari, karena mendatangi, mempercayai ramala bintang/dukun. Bahkan ada yang memuja-muja benda keramat, ahli kubur dan shalat di kuburan. Bahkan ada yang shalat dengan menghadirkan guru/sheh untuk tawasul dalam do’anya. Yakinilah do’a sendiri terkabul tidak makan/berpakaian dari sumber yang haram, dengan adab berdoa. Apabila bentuk ibadah semakin sesat, tidak ada nabi/rasul yang akan diturunkan lagi untuk meluruskan (Isra’ Mi’raj lagi). Menjadi Ahli Sunnah yang selalu berpegang pada Sunah Rasul dalam ibadah/shalat, menjadikan Islam akan selamat. Iman yang kuat adalah yang selalu berpegang pada sunah. Dan berani barkata tidak, bila ada alim ulama/sheh yang menambah tata cara shalat tanpa dasar hadits shahih. Baik karena alasan kemaslahatan umat maupun fadhilah amal. Setan menggoda ahli ibadah bukan dengan jalan maksiat tapi kebid’ahan. Demikianlah Isra’ Mi’raj yang dapat kita maknai.