04 Maret 2008

MENIRU AGAMA KAFIR

ISLAM DAN AGAMA KAFIR

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…”(QS Al Imaran 19)

Secara substansi-prinsip dasar, agama-agama didunia ini sama, baik Kristen, Hindu, Budha dan lainnya. Yaitu kesamaan dalam perbuatan baik, persatuan, tidak jahat, tidak mencuri, tidak menipu, tidak zina ataupun kriminalitas lainnya. Akidah/tauhidlah yang membedakannya. Budha, menjadikan Sidharta sebagai tuhan dengan pemujaan dan do’a melalui perantara/wasilah patung orang soleh mereka. Hindu, meyakini banyak dewa dimana-mana. Aliran kepercayaan, pemujaan terhadap roh gentayangan, setan dan jin, tuyul, keris, jimat dan keghaiban/mistik lainnya, dengan sesajen. Kristen, pembunuhan dan penyaliban orang yang mirip Nabi Isa sebagai penebusan dosa, perantara do’a bahkan dijadikan tuhan yang berjumlah tiga.
”Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih” (QS Al Maa’idah 73)

Secara subtansi pula disimpulkan, tidak ada agama dimuka bumi ini, semuanya adalah kepercayaan syirik. Kecuali Islam, satu-satunya agama yang diakui Allah SWT.Artinya, amal baik selain Islam tidak diterima Allah karena syirik, apalagi mereka jahat. Dibanding umat Islam, kejahatan yang dilakukan masih ada kesempatan untuk diampuni selama bertobat, apalagi beramal baik, syurga jaminannya.
Lantas mengapa umat Islam ada yang mengikuti atau mencampuradukkan tradisi agama lain. Dengan mengambil yang baik dari mereka, dengan tujuan toleransi, persatuan umat, apalagi menjadikan mereka pimpinan. Ada yang tiru rahib kristen atau bikhsu Budha yang mensucikan diri dengan ibadah berlebihan (ghuluw), hitungan zikir ribuan (4500) dengan biji-bijian tasbih, semedi/khalwat, zuhud/berpaling dari dunia. Atau kepercayaan Zoroaster dengan konsep panteisme (pendekatan dengan tuhan dengan perantara sesuatu/penyembah berhala). Atau penyatuan manusia dengan tuhannya (hulul atau wahdatul wujud). Rasul tidak merahasiakan atau hanya mengajarkan cara (Thariqah) dalam pendekatan diri kepada Allah seperti itu pada sahabat secara sanad. Tapi terbuka untuk umat, dengan dasar Al Qur’an dan hadits shahih, tidak melebihi atau menguranginya. Juga dalam tahun baru masehi, ada yang ikut merayakannya dengan trompet, mercon atau ucapan selamat. Islam tidak menyaingi penyambutan tahun baru pada tahun Hijriyah, dengan alasan syiar atau apapun. Karena Rasul maupun sahabat tidak pernah melakukannya. Demikian natal, hari kelahiran tuhannya kristen. Umat Islam tidak perlu menqiaskan cara mereka, seperti ulang tahun, haul atau peringatan kematian, walau dengan kedok bacaan Al Qur’an sekalipun. Orang kristen dengan lagu rohani puji tuhan dan nabinya di gereja. Islam tidak meniru lagu puji-pujian Allah/Nabi, dengan bahasa Arab sekalipun di mushola, karena bisa menganggu orang lain sholat. Valentine Day’s, merupakan hari percintaaan kristen, yang menjurus perzinaan. Muda-mudi Islam ada yang ikut menyambutnya dengan alasan gaul atau modern. Jalan satu-satunya yang pernah ikut-ikutan adalah beristghfar dan kembali ke agama Islam.

” Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS Al Baqarah 120)
Kitapun tidak perlu meniru-niru tradisi Hindu Budha. Memang ada tradisi Hindu Budha yang mengakar di Jawa yang dibelokkan Wali Songo ke model Islam. Itu bersifat semantara, dalam penyebaran Islam yang bersahabat. Para Walipun mengharapkan adanya pemurnian Islam kembali, kelak bila aqidah masyarakat sudah kuat. Sekarang aqidah telah kuat dibanding dahulu. Namun masih berkembang kepercayaan tradisi ritual, keris, jimat, tahayul, khurofat dan mitos. Dari sekedar ikhtiar, minta berkah, keselamatan, jodoh, kesaktian bahkan pasugihan dari makam keramat, dukun, wong pinter dengan rapalan jampi, do’a dan bacaan Al Qur’an yang tidak sesuai tuntunan rasul yang shahih. Adalah pencampuradukkan kepercayaan Hindu, Budha, Islam dan Kejawen. Sekarang perlu dicek ulang kesesuaian hujjah Islam yang shahih.
Dulu Nabi Muhammad, yang merupakan nabi dan rasul terakhir diutus Allah untuk meluruskan kembali agama sebalumnya yang menyimpang dan mempersekutukan Allah, yang sengaja dikemas oleh orang sholeh mereka. Kita mengimani tidak akan ada lagi nabi atau rasul yang akan diutus meluruskan agama kembali. Untuk itu umat Islam wajib menjaga kemurnian agama Islam.
Ciri khas agama Islam, lebih sopan dan bermartabat, tolong menolong, dan sebagainya dibanding agama lain yang pamer dan angkuh layaknya teroris yahudi, kristen yang menuduh Islam teroris. Contoh kecil ciri khas pembeda Islam dengan agama lain misalnya memelihara janggut sesuai sunah rasul. Qurban, dagingnya untuk orang lain, niatnya untuk Allah, bukan pamer. Atau Ibadah haji niatnya untuk Allah, bukan ingin disebut Pak haji atau sekedar wisata. Niatkan dihati naik haji atau berqurban, Insya Allah dikabulkan. Amin

Sumber : Digitalaqur’an (QS Al Baqarah 120, Al Imran 19 dan Al Maa’idah 73)

Thema “Atthashabbuh Add Dien, qurban wal hajji”
Muhammad Darul, SE



Tidak ada komentar: