03 Maret 2008

MAULUD NABI

MAULUD, SHALAWAT YANG BID'AH DAN SYIRIK
Dengan ikhlas kita bersyahadat dan berholawat, karena atas jasa perjuangan Nabi Muhammad yang terlahir 12 Rabiul Awal Tahun Gajah/20 April 571. Nabi revolusioner, menegakkan supremasi hukum, segenap aspek prikehidupan. Dan meluruskan kembali agama-agama yang melenceng dari apa yang dibawa nabi sebelumnya. Yang justru dibelokkan oleh para alim-ulama’ sepeninggal nabi mereka yang telah dipengaruhi syetan, untuk merubah text pada lembaran-lembaran/mushaf sesuai keinginan nafsu dan kepentingan lainnya. Akhirnya tauhid berubah syirik, penyembahan terhadap nabi, khadam, malaikat, arwah qubur orang shalih mereka, kepada patung, api dan lainnya. Mereka berkeyakinan cara penyembahan tersebut untuk Allah. Tatanan bermoral berubah jahiliyah, bodoh dan anarkhis. Kedatangan nabi terakhir ini tercantum dalam Injil, Taurat dan kitab agama lainnya. Namun mereka tidak mengakuinya
”...Beliau adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.... (QS Ahzab 40). inilah salah satu dalil tidak ada nabi baru lagi, sebagaimana bermunculan akhir-akhir ini. Mengakui nabi baru berarti tidak mengakui ayat ini.
Rasulullah dengan jihad hidup mati, dibantu para sahabat, berbagai perlawanan berhasil di taklukkan. Subhanallah, hanya berkisar 20 tahun hampir seluruh benua/jazirah Arab berhasil diislamkan.Tak ada kepemimpinan sepatriotik beliau, dalam sejarah umat manusia dimuka bumi ini. Walau keberanian beliau dimedan perang teruji, tapi beliau adalah pemalu seperti gadis pingitan dalam hal melakukan dosa (HR Bukhari-Muslim). Beliau tidak tamak dalam kemegahan materi dunia. Pernah Umar Bin Khatab menangis melihat dalam rumahnya hanya beralas tikar yang lusuh, didinding hanya ada segelas gandum. Padahal kebiasaan kaisar beristana megah dan penuh harta.
Konsekwensi syahadat pengakuan terhadap Nabi Muhammad
1. Meyakini kebenaran wahyu Allah melalui Nabi Muhammad,"Dan tiadalah yang diucapkannya itu, menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)" (QS. An-Najm: 3-4)
2. Mencontoh adab keseharian, kebijakan dan tatacara ibadah dan sunah-sunahnya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan...” (QS Al Ahzab 21)
3. Mentaati apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Allah berfirman:“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
4. Lebih mencintai rasul, keluarga dan keturunannya (ahlul bait) "Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia." (HR. Al-Bukhari)
5. Bersholawat kepadanya, Allah Berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS Al Al Ahzab 56) semoga kita mendapatkan syafaatnya.
Ada 3 sikap terhadap Nabi Muhammad SAW
1. Sikap Taqshir, yaitu sikap kurang/menyepelekan Nabi Muhammad. Beriman pada nabi tapi sedikit mengamalkan sunah-sunahnya. Ada yang membuat fiqih lintas antar agama atau menggambar kartun Nabi dan sebagainya.
2. Sikap Ghuluw, yaitu sikap berlebihan terhadap Nabi. Hadits shahih menyangkut kesesatan bid’ah (amal ibadah baru) dikritisi dari sudut bahasa, morfologi, sintaksis maupun nahwu sharaf. Membagi bid’ah hasanah tanpa petunjuk nabi dan salaf. Artinya mempersilakan/menyetujui bid’ah baru. Baik untuk sekedar keutamaan amal (fadhailul amal), kemaslahatan, syiar dan sebagainya. Pengkaburkan makna bid’ah, masalah tehnis ibadah dianggap bid’ah hasanah, seakan-akan semua pelaku bid’ah. Boleh mengamalkan amal ibadah apapun menurut imam, guru/syaikh. Dari bersumber apapun dari hadits shahih sampai hadits palsu atau karangannya sendiri. Untuk memperkuat pendapatnya dikait-kaitkan dalil Al Qur’an dan Al hadits. Dengan taklid buta (mengikuti tanpa menyelidiki dalilnya) dan fanatisme imam madzab, apalagi terkait politik kekuasaan organisasi, dengan propaganda, anggota yang tidak mengikuti dianggap keluar dari jamaah dan terancam dosa.
3. Sikap Alwasath, yaitu sikap pertengahan terhadap Nabi Muhammad. Berusaha beramal ibadah dengan kepastian hukum/hadits shahih, setidaknya hasan. Tidak mengurangi atau menambah amalan baru, walau kelihatan hasanah. Berprinsip Islam sudah sempurna (QS Al Maa’idah 3) dan setiap amalan baru/bid’ah menyesatkan dan tertolak (lihat HR Bukhari-Muslim). Setan ikut mempengaruhi kebijakan penciptaan bid’ah, terlihat hasanah, ratusan tahun kemudian sesat, tahayul, khurofat, Islam hilang dan jahiliyah kembali. Tidak ada nabi baru lagi yang akan meluruskan. Kalaupun bersholawat/do’a sebanyak-banyaknya tetap pada batasan yang disunahkan dan ma’tsurah (diajarkan nabi). Misalnya memilih shalawat Ibrahimiyah daripada syair/burdah/nyanyian shalawat buatan seseorang yang terkadang maknanya berlebihan menyanjung nabi, seperti yahudi/nasrani pada nabinya. Bahkan syirik, berlindung, meminta pertolongan dari nabi. Demikian juga tidak merayakan Maulud/natal Nabi yang diciptakan pada zaman dinasti Fatimiyah untuk kepentingan politik/dukungan warganya. Disitu banyak hadits dan ucapan sahabat yang palsu (Lajnah Da’imah Mufti Saudi Arabia). Lebih memilih Sirah nabiyah daripada manaqib seseorang yang kadang berlebihan. Sikap kehati-hatian dalam ibadah ini banyak dipilih oleh orang-orang sunni dan organisasi pemurni Islam lainnya diseluruh dunia. Karena resiko dosanya Insya Allah lebih aman tidak berlebihan atau kurang. Dan tergolong ahli sunah dan bukan ahli bid’ah hasanah.


Script By M.Darul,SE Thema Maulud Nabi-Sumber Al Qur’an,Shahihain,Fatwa Lajnah Daimah Saudi Arabia















Tidak ada komentar: